Peringatan seabad Hari kebangkitan Nasional tidak memberikan perubahan yang berarti bagi Bangsa dan Negara. Tidak merasakan apa yang telah bangkit selama ini, hanya kesusahan kamilah yang bangkit.
Pemaknaan Harkitnas tidak lebih dari sebuah seremonial tahunan, seremonial yang selalu sama dan tidak mengarah pada konterkstual perubahan ke arah yang lebih baik. Tidak terasa 100 tahun kita melalui kebangkitan nasinonal, tidak jelas jluntrung tujuannya, tujuannya? ya hanyalah sekedar peringatan, tidak lebih dari pada itu.
Dulu tahun 1908 kebangkitan Nasional diartikan sebagai awal mula persatuan dan kesatuan bangsa ini, bangsa Indonesia, meraka menyatukan tujuan dan kenyakinan akan terwujudnya suatu bentuk perjuangan yang menuju Indonesia merdeka. Kemerdekaan hakiki sebagai bangsa yang berdaulat, mandiri dan berjiwa. Tidak terpungkiri memang, moment itu terasa sangat patriotik dan berani, dan menjadi inspirator gerakan-gerakan pemuda tanah air untuk mengobarkan semangat Nasionalisme. Terbukti dengan adanha Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, 80 tahun yang lalu, sebagai tonggak sejarah yang panajang dan melelahkan setelah Boedi Oetomo, atau yang dikenal dengan Harkitnas. Seterusnya setelah itu, perjuangan bangsa Indonesia mencapai puncaknya pada hari proklamasi kemerdekaan, dimotori oleh angkatan muda pada waktu itu akhirnya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dair kaum penajajah, tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah yang lelah setelah 350 tahun bangsa ini dibekap penjajah Belanda dan Jepang, tak terhitung kerugian harta benda, tak terhitung pahlawan yang gugur di palagan pertempuran, dan yang pasti kehormatan dan HAM kita sebagai mahluk-Nya telah di injak-injak oleh kaum penajajah. Kisah panjang bansa ini telah terlewati, meskipun masih banyak ketertindasan yang ada di negeri tercinta ini.
Peringatan Harkitnas selalu menggelorakan semangan Patriotisme dan Nasionalisme kita sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), tak perlu dipungkir memang, kita hidup di jaman yang serba enak, serba canggih, serba mudah (bagi yang mudah) dan serba menderita.
Setelah 100 tahun kebangkitan Nasional, apakah ada diantara kalian yang masih mempunyai Nasionalisme? jika ya seberapa besarkah, jika besar apakah kalian pernah berjuang untuk memerdekakan saudara sebangsa dan setanah air kita yang masih bergelut dengan ketertindasan, kemelaratan dan kezaliman dari saudara kalian yang lebih tinggi tinggak kekayaannya? saya yakin tidak banyak orang yang melakukan tindakan kemerdekaan itu.
Perlu saya sadari bahwasannya, saya sebagai golongan ekonomi menengah ke bawah masih kewalahan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, tidak terlalu ngoyo memang, tapi yang perlu digaris bawahi adalah tindakan kita sebagai WNI yang cinta akan negara dan saudaranya selalu berbuat secara maksimal sesui kemampuan.
Harkitnas, pelsetan dari Hari Ketertindasan Nasional bagi warga miskin, sejalan dengan itu mereka disugi tontonan yang menghabiskan dana puluhan bahkan ratusan juta hanya untuk memperingati seabad harkitnas. Udik? tidak saya tidak udik, mohon ditinjau ulang pesta itu, siapa yang menikmati? orang kaya kan? jelas itu pasti. bagaimana tidak mereka bersorak sorai, menari, berjingkrak-jingkrak dan "meludah" wajah dan tubuh warga miskin. Ditambah penderitaan yang sangat menyakitkan harga-harga kebutuhan yang melambung tinggi tak terkendali.
Sumpah saya sebagai warga yang lemah akan selalu melaknat para pejabat yang klewat, saya akan mencaci pejabat yang korupsi dan saya akan mencuci pejabat yang ingkar janji. Manis di depan Brotowali di belakang.
Rencana menaikan harga BBM bagaikan seorang kanibal, Allah tidak akan menyiksa hamba yang tidak berdosa, malahan akan memberikan tempat yang terbaik bagi mereka yang melakukan kebaikan, tetapi apakah anda para pejabat negri busuk(pejabatnya, tidak semua) tega menyiksa dan menganiaya rakyat yang notabenya menyerahkan kepercayaan kepada anda untuk kebaikan umat. Memang klepto, tidak bisa ditipu dan dikelabuhi, hukum tidak tegas, UU yang ambigau, peraturan yang mudah di putarbalikkan, apakah itu semua adalah rancangan jangka panjang anda sekalian? semoga saja tidak.
Tolong jangan anda naikkan harga BBM dengan iming-iming BLT BBM, itu tidak menjadikan masalah selesai, tapi akan menjadikan permasalahan yang sudah komplek menjadi tambah kacau, cari jalan keluar yang lebih baik, cari jalan alternatif agar beban subsidi BBM tidak terlalu berat. Masih ada jalan keluar untuk itu, jangan hanya mencari cara enak sesuai dengan pikiran anda, dengar dan resapi aspirasi dari rakyat. Contoh alternatif, pembatasan pembelian BBM, satu hari warga dijatah 15 liter BBM bersubsidi, selebihnya adalah BBM non subsidi. pejabaran dari permasalah itu adalah:
misal si A mempunyai mobil, dia membeli bensin/premium 25 liter, 15 L pertama di kenai biaya BBM subsidi dan 10 L setelahnya di kenai biaya non subsidi dengan setting di kontrol indikator mesin SPBU.
Setiap SPBU diberikan droping yang sesuai dengan kuota SPBU itu sendiri, prinsipnya juga sama dengan end user BBM.
Hari kebangkita nasinoal tidak perlu di peringati dengan gebyar-gebyar tapi lakukan tindakan yang fungsional buat rakyat indonesia. Nasionalisme takkan pernah terwujud tanpa perjuangan.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar sesuai dengan isi artikel.