This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 25 November 2008

Mengertilah...

PNS, PEgawai Negeri Sipil, National Labour, PeNSiunan, atau apalah itu kepanjangannya, selalu membuat manusia (WNI khususnya) selalu ngiler dan terbawa sampai mimpi. Tak tanggung-tanggung peminatnya, dari data yang saya baca di beberapa media cetak, perbandingan antara lowongan dan jumlah pendaftar hampir 1:100. Itu yang lolos seleksi atau Memenuhi Syarat (MS).

Setelah membaca lebih detail dari total pendaftar itu 1:150. Betapa masyarakat atau tenaga terdidik di negara ini sangat memfavoritkan pegawai PeNSiunan ini. Kalau dipikir dan dicermati memang menjadi seorang PNS adalah sebuah kebanggan tersendiri, dari tingkat pendapatan sampai posisi tawar di masyarakat cukup tinggi. Tidak heran bila selama ini paradigma warga negeri ini selalu berbondong-bondong untuk mendapatkan satu tempat di kursi empuk tulang rakyat.
Ironis dan mungkin adalah tragedi. Kita simak berapa ribu lulusan sarjana tiap tahunnya, baik dari PTN, PTS, Institute, maupun sekolah antah berantah lainnya. Mereka kurang tau betapa nikmatnya menjadi seorang wiraswasta, wirausaha, entrepreneurship. Kadang saya berfikir (saat ini saya juga sebagai mahasiswa salah satu PTS kurang terkenal di Solo, D3 Teknik KOmputer, angkatan 2003, juga bekerja sebagai Technical Support Web Programming sebuah media massa terbesar di Solo) kenapa para intlektual muda itu tidak mau sedikit bersusah payah memeras otak untuk menciptakan sebuah lapangan pekerjaan, minimal buat dirinya sendiri, syukur-syukur membuka lowongan untuk orang lain. Selain mengurangi angka pengangguran, mereka dapat menerapkan ilmu yang mereka dapatkan denga ongkos yang tidak sedikit.
Yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pengusaha sebenarnya tidaklah terlalu sulit, semua orang saya yakin dapat dan bisa menjadi pengusaha. Kuncinya itu terletak pada kemauan dan disiplin tinggi. Tak heran jika di negara maju mendapatkan uang itu sangatlah mudah, karena mereka mau untuk itu. tidak hanya berpangku tangan meminta belas kasihan orang (menjadi karyawan atau buruh-red). Kebanyakan dari kita masih merasa ketakutan untuk menjual mimpi, semakin tinggi mimpi seseorang seharusnya semakin kerja keras dan berdisiplin. Tapi fenomena yang terjadi di negeri ini malah sebaliknya, bermimpi saja tidak berani, kapan akan menjadi bangsa yang maju kalau begini terus keadaanya, selalu menjadi pengemis (saya juga termasuk, saat ini).
Sebuah studi mengatakan bahwasannya 95% keberhasilan atau kesusksesan manusia berasal dari mimpi, semua peralatan yang sekarang ada saat ini berawal dari mimpi (tidak perlu saya sebutkan mimpi2nya itu).
Beranikan diri anda untuk melangkah, buang jauh2 prasangka buruk, tak logis, pesimis dan apatis. Songsong jiwa dinamis, optimis dan positive thinking, do as the true. Selama anda punya kemauan di situ kan selalu ada jalan, walaupun terjal dan bergelombang, tapi percayalah tidak ada ujung di duni ini, kontinuitas kan selalu terjaga walaupun anda terbang keangkasa. Dunia kita bulat, selama kita mau berjalan pasti akan menemukan asa yang terpendam. Bersambung....