This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 17 Juli 2009

Rahasia senyum Rasulullah

Sarana paling besar yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam dakwah dan perilaku adalah gerakan yang tidak membutuhkan biaya besar, tidak membutuhkan energi berlimpah, meluncur dari bibir untuk selanjutnya masuk ke relung kalbu yang sangat dalam.

Jangan ditanyakan efektivitasnya dalam mempengaruhi akal pikiran, menghilangkan kesedihan, membersihkan jiwa, menghancurkan tembok penghalang di antara anak manusia. Itulah ketulusan yang mengalir dari dua bibir yang bersih, itulah senyuman.

Itulah senyuman yang direkam Alquran tentang kisah Nabi Sulaiman AS, ketika ia berkata kepada seekor semut, “Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, ’Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai. Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh,” (QS An Naml: 19).

Senyuman itulah yang senantiasa keluar dari bibir mulia Nabi Muhammad SAW, dalam setiap perilakunya. Beliau tersenyum ketika bertemu dengan sahabatnya. Saat beliau menahan amarah atau bahkan ketika berada di majelis peradilan sekalipun.

Diriwayatkan dari Jabir dalam sahih Bukhari dan Muslim, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.”

Suatu ketika nabi Muhammad SAW didatangi seorang Arab Badui, dengan serta merta ia berlaku kasar dengan menarik selendang Rasulullah, sehingga leher beliau membekas merah. Orang Badui itu bersuara keras, “Wahai Muhammad, perintahkan sahabatmu memberikan harta dari baitul mal. Nabi Muhammad SAW menoleh kepadanya seraya tersenyum. Kemudian beliau menyuruh sahabatnya memberi harta dari baitul mal kepadanya.”

Nabi Muhammad SAW tersenyum dari bibir yang lembut, mulia nan suci, sampai akhir detik-detik hayatnya.
Sehingga tidaklah mengherankan jika Rasulullah mampu meluluhkan kalbu sahabat-sahabatnya, istri-istrinya dan setiap orang yang berjumpa dengannya.

Menyentuh Hati
Nabi Muhammad SAW telah meluluhkan hati siapa saja dengan senyuman. Ia mampu menyihir hati dengan senyuman, menumbuhkan harapan dengan senyuman, menghilangkan sikap keras hati dengan senyuman. Nabi Muhammad SAW juga telah mensunahkan dan memerintahkan umatnya agar menghiasi diri dengan akhlak mulia ini. Bahkan beliau menjadikan senyuman sebagai lahan berlomba dalam kebaikan. Rasulullah SAW bersabda, ”Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah,” (HR At Tirmidzi).

Bagi seorang muslim, tersenyum adalah bagian dari mencontoh Nabi Muhammad SAW yang disunahkan dan bernilai ibadah.
Para pakar dari kalangan muslim maupun non muslim juga meyakini bahwa senyuman memiliki pengaruh sangat besar.

Dale Carnegie dalam bukunya yang terkenal, Bagaimana Anda Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Manusia menceritakan, “Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, senyum tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus dan persahabatan yang murni.”

Ini tentang perasaan

Diantara berjuta kesenangan yang telah dan akan aku jalani, terdapat sesuatu hal yang mengganggunya.

Antara percaya dan kepercayaan ada setitik pengharapan yang besar, kepercayaanku telah sampai ke ujung tiang jauh dimana memudahkan aku untuk menggapainya. Percaya itu tak selamanya mematuhi dan yang terbuang tak selalu yang tak berguna.

Hidup ini aneh, ketika diberi kesempatan untuk mematuhi segala peraturan yang mengarahkan untuk kesejahteraan dan kesenangan hidup manusia, tapi peraturan tinggallah peraturan. Banyak diantara kesempatan itu yang terbuang percuma, mubazir, dan kata serapah yang mencuat dari bibir ini ketika semua telah menyadarinya. Kenapa bisa begitu, sebenarnya hanya kita dan Tuhanlah yang tau.

Di antara selipan waktu bahagia dan kesedihan terdapat waktu transisi dimana kita diberikan kesempatan untuk menggunakan sebaik-baiknya. Hemat kata Antisipasi.

Sekarang, ya.... sekarang inilah waktu dimana aku berada, di dalam kepenatan dan seabrek rutinitas yang mengubah arah pandangku, tanpa ada jeda waktu yang tersedia tuk antisipasi. Saat ini aku di antara pilihan yang sebenarnya aku sendiri sudah tau jawabannya, tapi keberanianku untuk menjawab telah berkurang maka aku bingung dibuatnya. Semua berawal dari pikiran ini, hormon yang terus memacuku untuk melangkah lebih maju. Jika di pikirkan itu baik adanya, tapi jika di telaah lebih dalam lagi, itu tidak baik buat kehidupanku.

aku bingung...................