Kamis, 23 Juli 2009

Terorisme dan "hobi"


Juma'at 17 Juli 2009, pagi pukul 9 aku menhidupkan televisi yang terdapat di dalam buffet tua, TV 14" yang slalu setia menemani waktu senggangku. Mulai aku acak saluran yang sesuai dengan keinginanku.


Dari dalam televisi itu aku mendengar seorang wanita yang berbicara, ya Anchor berita salah satu televisi swasata Indonesia, samar-samar aku mendengar "bom meledak lagi di hotel JW Marriott dan hotel Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta, Jumat, 17 Juli 2009 pukul 07. ..."

Wow.......... jeritan, kebencian, teriakan, dan segudang pikiran campur aduk dalam hati ini. Ini tidak mencerminkan lagu bang Roma "cukup satu kali kehilangan tongkat cukup satu kali..." setelah guncangan 2003, kenapa hal yang sama terulang kembali di tempat yang sama, apakah SOP pengamanan sudah dijalankan dengan semestinya? atau para pelaku lebih pandai? apa metal detector nya tak berfungsi? banyak pertanyaan yang tidak bisa terjawab saat itu.

Aku yakin sebagian besar bisa dikatakan mendekati 100% rakyat Indonesia mengecam dan mengutuk tindakan bondoh itu, tindakan yang membawa sebuah penderintaan khususnya keluarga korban ban umumnya rakyat Indonesia. Sebuah tindakan bodoh, (mungkin) emosi sesaat yang menimbulkan efek yang berkelanjutan.

"Korban" pertama dari kejadian ini adalah para pencinta klub sepakbola Manchester United, yang sedianya akan bertandingan melawan Indonesia All Star dalam rangkaian Tour Asia 2009, bagaikan nasi telah menjadi bubur, semua persiapan telah terlaksana dengan baik, panitia, lokasi, raounding acara dan semua tetek bengek guna menyambut kedatangan para pemain MU. 3 hari sebelum hari H (tanggal 20 Juli 2009) semuanya kacau, semuanya menjadi berantakan dan pupus sudah harapan sebuah team berkelas dunia tampil di negeri tercinta, di stadion kebanggan kita.

Bagaimanapun itu adalah perbuatan keji dan tak manusiawi, tapi lantas apa yang selama ini kita (khususnya aparat yang berwenang) lakukan? tindakan preventif apa yang telah di terapkan? berhasilkah, adakalanya perlu mengupgrade tindakan itu. Petugas keamanan sekelas hotel Marriott pastinya sangat mumpuni, dengan SDM dan fasilitas keamanan yang terbaru. Jika begini berarti bisa disimpulkan, teroris lebih pintar dari petugas keamanan dong? bisa ya dan bisa tidak.

Teror, ya teror buat kebanyakan orang adalah sebuha hal yang menakutkan dan mengerikan. Tapi jawaban yang berbeda jika kita lontarkan ke orang yang hobinya membuat teror, itu adalah "pekerjaan" yang menurut dia bisa di pertanggungjawabkan dihadapan yang pencipta yaitu Allah SWT, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan kelompok terorisme tersebut. Ini adalah sebuah kemenangan buat mereka, dan tentunya mereka telah merasa berhasil dan sukses dengan jadwal yang telah di tetapkan.

Kenapa di negeri yang penuh dengan kekayaan alam, budaya dan kedamaian ini selalu tercipta sebuah teror bom. Apakah ini dampak dari sistemp pemerintahan yang mawut, sistem birokrat yang sekarat, ataukah karena budaya korupsi kolusi dan nepotisme di pelihara dan dianak pinakkan? yah... semoga dengan kejadian ini semua bisa terungkap, siapa, mengapa mereka melakukan hal seperti ini. Seberapa hebatnya effek kejadian bom ini, ada yang lebih jauh membunuh lagi yaitu Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Jika Tripartit itu tidak segera ditumpas bom-bom lain akan bermunculan dan semakin banyak.

Jadikan negeri ini yang berpadangan Ketuhanan dan Kemanusiaan jangan dijadikan pandangan kehartaan.

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar sesuai dengan isi artikel.