Senin, 28 April 2008

Pertahankan Hidup...

Hamparan debu menaungi panasnya siang yang seakan marah akan kerasnya mesin-mesin. Di sini semua merasa ingin dan keluhan terus terucap dari kedua bibir, hamparan sinar matahari selalu memberi lebih panas dari jam ke jam berikutnya.


Sejenak terlihat pandangan kosong bocah kecil dan lusuh dari seberang jalanan, terlihat murung dan membisu seakan ingin muntahkan emas berlian. Sejenak bermimpi tidaklah sanggunp ia jalani, hanyalah sepotong gulali pemanis dari kehidupan. Semakin lama kita disni seakan membuncah pikiran, menerawang jauh diawan di padang siang gersang.

Sebuah kejadian menyebabkan kejadian lain, hampa terasa saat kejadian itu tak cepat terproses dan dipojokkan dengan keadaan. Di sini semu terasa kosong, mlompong, tak terdapat sebutir harapan yang membangun semangat tuk pergi. Mungkin hanyalah sebatas angan yang membuncah tanpa terproses oleh waktu, saat ku bertanya benarkah kehidupan itu punya roda, benarkah roda kehidupan itu berjalan, dan kemana arah tujuan dari roda-roda itu mengantarkan sang majikan. Si kecil itu tak punya roda, melihat saja seakan enggan, apalagi menapaki jalanan pagi. Dia selalu dan selalu melihat hamparan debu menaungi panasnya siang, dan selalu merajai seberang jalanan. Bahagiakan ini semua, tidak, salahkan tipuan mata lahir, bukan padangan sekejap para pengguna jalan namun lebih pada isi dari kehidupan yang dia jalanin, kehidupan dan kekurangan yang sangat menyebabkan dia berusaha membahagiakan kehidupannya sendiri dengan caranya sendiri. Segelintir dari kita ingin meluangkan waktu tuk berbagi, maklumlah penebar air mata jalanan ini menangis terharu dan tersipu depu. Mereka tak merasakan itu, bermain dengan mobilan dari kelupasan aspal. Bahagia. Kudapatkan pancaran itu dari dia, bukan tidak tetapi belum kita menulis dari apa yang kit abaca. Bacalah tanpa henti keadaan ini, terasa sia-sia, semua harus mendapatkan kesempatan dari sekecil apapun lubang itu.


1 comments:

  1. Cerpennya bagus. Pak.
    hehe.
    Maaf. Saya. Sedikit bingung ama. bahasanya.
    Kayagh. novelnya. Andrea. Hirata.

    hehehe.

    BalasHapus

Silahkan mengisi komentar sesuai dengan isi artikel.